Budidaya Pare dengan Cara yang Mudah

Paria atau pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman sayuran setahun atau tahunan, termasuk dalam famili Cucurbitaceae. Ada dua tipe kultivar yang penting, yaitu kultivar yang menghasilkan buah yang meruncing pada ujungnya, dan kultivar yang menghasilkan buah yang tidak meruncing. Buah paria merupakan sumber vitamin C yang baik, vitamin A, fosfor, dan besi. Ujung batang paria merupakan  sumber pro-vit A yang baik,  protein, tiamin dan vitamin C. Untuk petani Indonesia yang ingin mencoba budidaya pare, anda bisa mengikuti prosesnya dengan mudah berikut ini :

Persiapan Lahan

organicfertilizerindonesia.wordpress.com
Paria biasanya ditanam di atas bedengan, dengan ukuran lebar 1,5-2,5 m, panjang disesuaikan dengan kondisi lahan, tinggi bedengan 20 cm pada musim kemarau dan 30 cm pada musim
hujan. Jarak tanam 100 x 100 cm, 75 x 75 cm, atau 45 x 60 cm dalam barisan dan 120 x150 cm antar baris. Dalam satu bedengan terdapat dua barisan.
Pupuk Dasar
Pupuk kandang digunakan bersamaan dengan pengolahan lahan sebanyak 10-15 ton/ha dengan cara ditabur secara merata, atau ditempatkan pada lubang tanam 3 minggu sebelum tanam.

Penanaman

Penanaman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan ditanam langsung dan dengan semai terlebih dahulu. Tanaman yang mati atau tidak tumbuh harus segera disulam.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman yang umum dilakukan berupa pemberian para-para, penyiangan, pengairan, pemupukan, pruning (pemangkasan) dan pengendalian hama penyakit. Paria memerlukan penopang, atau rambatan untuk meningkatkan produksi buah, memudahkan pengendalian OPT dan pemanenan.
Rambatan diberikan saat tanaman berumur 3 minggu. Rambatan dapat berupa ajir, teralis, dan tunnel setinggi 1,5-2 m. Penyiangan dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma bersamaan dengan pembubunan. Untuk mengendalikan gulma dapat juga digunakan mulsa alang-alang atau mulsa plastik hitam perak (MPHP). Pemasangan MPHP dilakukan setelah pengolahan tanah kedua atau setelah pembuatan bedengan.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

hidupsehatalamin.blogspot.com

Serangan hama dan penyakit jarang ditemukan apabila kondisi tanaman terawat. Hama yang banyak ditemukan adalah lalat buah, Epilachna sp., utu daun, trips, tungau dan siput. Pengendalian lalat buah dilakukan dengan pembungkusan buah menggunakan kertas saat buah masih kecil (panjang 2-3 cm) dan peggunaan perangkap.

Penyakit yang umum ditemukan berupa embun tepung, layu bakteri, layu fusarium, serkospora, dan virus (CMV). Pengendalian  dilakukan dengan sanitasi dan  menggunakan fungisida secara selektif.

Panen dan Pascapanen

Panen buah konsumsi dilakukan saat buah masih belum terlalu tua, bintil dan keriputnya masih  rapat. Panen sebaiknya menggunakan pisau yang tajam. Panen untuk benih dilakukan pada buah yang sudah matang, berwarna kuning dan pembungkus bijinya berwarna merah. Paria dapat dipanen pada umur sekitar 55 hari setelah tanam. Panen dapat dilakukan berkali-kali untuk merangsang pembentukan buah baru. Adanya buah cenderung dapat menghambat pembungaan.

Khasiat yang terkandung pada pare disebabkan karena tanaman ini mengandung cukup banyak nutrisi yang memiliki sifat farmakologis, seperti betakaroten, fitokimia, lutein, sodium, likopen, kalium, zat besi, protein, kalsium, Vitamin A, B dan C, serta sejumlah nutrisi lainnya. Dengan banyaknya kandungan nutrisi yang dimiliki dan khasiat yang menyertainya, membuat pare tidak saja dikonsumsi untuk dijadikan sebagai sayuran, tapi juga untuk pengobatan.

Itu sebabnya permintaan pasar terhadap pare cukup besar dengan harga yang juga relatif stabil. Sehingga tidak salah jika pare dimasukkan ke dalam salah satu jenis tanaman yang menarik untuk dibudidayakan, utamanya untuk memanfaatkan lahan yang tidak terpakai. Apalagi membudidayakan pare juga tidak terlalu sulit. Berikut langkah-langkah dalam melakukan budidaya pare.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *