Hama dan Penyakit pada Tanaman Jagung

Hama dan Penyakit yang menyerang selama budidaya jagung juga berpotensi menimbulkan kerugian. Hama tanaman jagung atau OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) merupakan faktor terjadinya kegagalan dalam budidaya jagung. Selain cara budidaya yang tepat, untuk mendapatkan hasil maksimal dari tanaman jagung adalah pengendalian hama secara tepat. Jika tidak, sudah dapat dipastikan kerugian pada budidaya jagung akan mengalami kerugian. Hama yang biasanya ditemukan pada tanaman jagung antara lain belalang, lalat bibit, ulat tanah, ulat grayak, kutu daun, kumbang bubuk, penggerek tongkol, serta penggerek batang. Pengendalian dapat dilakukan secara teknis dan secara kimiawi. Apa saja ?

Parallels Desktop Crack

Iobit Advanced Systemcare Pro Crack

Ulat Tanah (Agrotis sp.)

Hama ini menyerang batang dan daun tanaman muda, hingga menyebabkan tanaman mati. Ulat tanah aktif dan menyerang pada malam hari, sedangkan pada siang hari bersembunyi didalam tanah. Hama ini biasanya menyerang dengan memotong batang tanaman muda.

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pengolahan lahan yang tepat, pergiliran tanaman, dan menjaga kebersihan lahan. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada malam hari menggunakan insektisida curacron, lannet atau prevathon.

Penggerek Batang (Ostrinia fumacalis)

Hama ini biasanya menyerang pada seluruh fase pertumbuhan tanaman jagung. Penggerek batang merupakan larva dari telur ngengat yang menetas. Telur-telur tersebut biasanya diletakkan dipermukaan daun bagian bawah. Kemudian menetas dan menyerang pada seluruh bagian tanaman, mulai dari alur bunga jantan, daun, batang, pangkal tongkol dan pada tassel. Serangan menyebabkan kerusakan pada bunga jantan, daun berlubang, batang berlubang, serta merusak tasel dan mengakibatkan tasel mudah patah.

699pic.com

Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis)

Penyakit bulai merupakan penyakit utama budidaya jagung. Penyakit ini menyerang tanaman jagung khususnya varietas rentan hama penyakit serta saat umur tanaman jagung masih muda (antara 1-2 minggu setelah tanam). Kehilangan hasil produksi akibat penularan penyakit bulai dapat mencapai 100%, terutama varietas rentan.

Gejala khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas terlihat jelas antara daun sehat. Bagian daun permukaan atas maupun bawah terdapat warna putih seperti tepung, sangat jelas di pagi hari. Penyakit bulai tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik dimana gejalanya meluas ke seluruh bagian tanaman jagung serta menimbulkan gejala lokal (setempat).

Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun akan terinfeksi. Tanaman terinfeksi penyakit bulai saat umur tanaman masih muda umumnya tidak menghasilkan buah, tetapi bila terinfeksi saat tanaman sudah tua masih dapat terbentuk buah, sekalipun buahnya kecil-kecil karena  umumnya      pertumbuhan tanaman mengerdil.

pada kelobot. Infeksi dimulai dari dasar tongkol berkembang ke bongkol kemudian merambat ke permukaan biji serta menutupi kelobot. Cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia berdinding tebal pada sisa tanaman di lahan. Gejala busuk tongkol Diplodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia maydis.

Bercak Daun (Bipolaris maydis Syn.)

Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu ras O dan T. Ras O bercak berwarna coklat kemerahan berukuran 0,6 x (1,2-1,9) cm, sedangkan Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6-1,2)x(0,6-2,7) cm. Ras T berbentuk kumparan, bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih berbahaya (virulen) dibanding ras O. Serangan pada bibit tanaman menyebabkan tanaman menjadi layu atau mati dalam waktu 3-4 minggu setelah tanam. Penyakit bercak daun penyebabnya adalah Bipolaris maydis Syn. Pada B. maydis ada dua ras yaitu ras O dan ras T.

Related Posts :

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *